CTR CPM ROAS CPC: 7 Istilah Digital Marketing Yang Pemula Wajib Tau
Banyak pemula menghabiskan ratusan ribu bahkan jutaan rupiah untuk iklan, hanya untuk mendapat 10 klik dan tidak ada yang beli. Mereka tidak gagal karena kurang modal, tapi karena tidak tahu apa yang diukur. Tanpa memahami metrik dasar seperti CTR, CPC, atau ROAS, Anda tidak bisa membedakan apakah iklan Anda “gagal” atau “belum dioptimalkan”.

Digital marketing bukan soal “coba-coba” melainkan suatu bisnis yang berbasis data. Jika Anda tidak bisa mengukur, Anda tidak bisa memperbaiki. Dan jika Anda tidak bisa memperbaiki, Anda hanya akan membuang-buang uang untuk iklan. Pahami ketujuh metrik ini agar Anda bisa mengambil keputusan berdasarkan data, fakta, dan angka, bukan perasaan.
- CTR CPM ROAS CPC: 7 Istilah Digital Marketing Yang Pemula Wajib Tau
- 1. CTR (Click-Through Rate): Mengukur Daya Tarik Iklan
- 2. CPC (Cost Per Click): Biaya Setiap Kali Ada yang Klik
- 3. CPM (Cost Per Mille / Cost Per 1.000 Impressions): Biaya untuk 1.000 Tayangan
- 4. ROAS (Return on Ad Spend): Pengembalian atas Pengeluaran Iklan
- 5. CPL (Cost Per Lead): Biaya untuk Setiap Calon Pelanggan yang Memberikan Data
- 6. Conversion Rate: Persentase Pengunjung yang Melakukan Tindakan
- 7. CPA (Cost Per Acquisition / Cost Per Action): Biaya untuk Setiap Pelanggan yang Benar-Benar Membeli
- Perbedaan dan Kapan Menggunakan Masing-Masing Metrik
- Kesimpulan: Pahami Mana Yang Paling Penting Untuk Bisnis Anda
- Frequently Asked Questions
1. CTR (Click-Through Rate): Mengukur Daya Tarik Iklan

CTR (Click-Through Rate) adalah persentase orang yang mengklik iklan atau tautan Anda setelah melihatnya. Metrik ini mengukur seberapa relevan dan menarik pesan Anda bagi target audiens. Semakin tinggi CTR, semakin besar kemungkinan bahwa konten promosi Anda berhasil menangkap perhatian dalam waktu singkat.
Rumus:

Contoh:
Jika iklan Anda ditayangkan 10.000 kali dan mendapat 300 klik, maka:

Artinya, dari setiap 100 orang yang melihat iklan Anda, 3 orang tertarik untuk mengklik.
Mengapa penting?
CTR yang tinggi menunjukkan bahwa headline, visual, atau penawaran Anda relevan dengan kebutuhan atau minat audiens. Di platform seperti Google Ads dan Meta Ads, CTR bukan hanya indikator kinerja, tapi juga faktor penentu kualitas iklan (Quality Score). Semakin tinggi Quality Score, semakin murah biaya per klik (CPC) Anda, karena algoritma menganggap iklan Anda bermanfaat bagi pengguna.
Angka “Baik” (Benchmark):
Di Indonesia, CTR rata-rata untuk kampanye digital berkisar antara 1–2% di Facebook/Instagram Ads dan 2–5% di Google Search Ads. CTR di atas 3% sudah termasuk sangat baik untuk sebagian besar niche UMKM. Namun, angka ideal tergantung pada masing-masing industri.
Tips Meningkatkannya:
Untuk meningkatkan CTR, fokuslah pada dua elemen utama, yakni teks iklan dan visual. Gunakan headline yang menyentuh rasa ingin tahu atau masalah spesifik (“Masih Belum Dapat Penjualan dari Instagram?”), hindari jargon, dan pastikan teks menyampaikan manfaat langsung. Untuk visual, pilih gambar asli, wajah manusia, atau video pendek yang menunjukkan produk sedang digunakan. Lakukan A/B testing secara rutin, lalu pertahankan yang memberi hasil lebih baik. Satu perubahan kecil pada kata kunci bisa meningkatkan CTR hingga 50%.
2. CPC (Cost Per Click): Biaya Setiap Kali Ada yang Klik

CPC (Cost Per Click) adalah biaya yang Anda bayarkan setiap kali seseorang mengklik iklan Anda. Metrik ini mengukur efisiensi anggaran iklan Anda dalam menghasilkan kunjungan ke halaman tujuan. Metrik ini menjawab pertanyaan, apakah uang yang Anda keluarkan benar-benar membawa orang yang berpotensi menjadi pelanggan, atau hanya membawa klik yang tidak bernilai.
Rumus:

Contoh:
Jika Anda menghabiskan Rp750.000 untuk kampanye iklan di Meta Ads dan mendapatkan 1.500 klik, maka:

Artinya, setiap kali seseorang mengklik iklan Anda, Anda membayar Rp500.
Mengapa penting?
CPC adalah indikator utama efisiensi biaya dalam kampanye iklan. Jika CPC Anda terlalu tinggi, Anda bisa habis anggaran sebelum mendapat cukup konversi. Sebaliknya, CPC yang rendah tapi disertai konversi buruk juga tidak akan berguna karena Anda mendapat banyak klik, tapi tidak ada pembelian. CPC juga dipengaruhi oleh kualitas iklan dan relevansi targeting. Semakin baik iklan Anda menyesuaikan dengan audiens, semakin rendah CPC-nya. Hal ini dikarenakan platform memberi preferensi pada iklan yang lebih disukai pengguna.
Angka “Baik” (Benchmark):
Di Indonesia, CPC ideal untuk UMKM berkisar antara Rp300–Rp800 tergantung niche. Untuk produk konsumen seperti fashion, skincare, atau makanan, CPC umumnya di bawah Rp600. Di niche kompetitif seperti kursus online, asuransi, atau properti, CPC bisa mencapai Rp1.000–Rp2.000 karena permintaan tinggi dan biaya iklan mahal. Angka di bawah Rp300 biasanya terjadi jika targeting sangat spesifik atau iklan memiliki CTR sangat tinggi. Yang penting bukan hanya angkanya, tapi apakah CPC Anda sebanding dengan konversi dan profit. Jika Anda bayar Rp700 per klik, tapi satu dari 50 klik jadi pembeli dengan margin Rp50.000, Anda tetap untung besar.
Tips Meningkatkannya:
Untuk menurunkan CPC, fokus pada meningkatkan kualitas iklan dan relevansi targeting. Gunakan audience targeting berbasis minat dan perilaku, bukan hanya usia dan lokasi. Perbaiki CTR Anda, karena iklan dengan CTR tinggi akan mendapat skor kualitas lebih baik dari platform, yang otomatis menurunkan biaya per klik. Hindari kata-kata yang terlalu generik seperti “diskon besar” atau “terbaik”, lebih disarankan untuk mengganti dengan kata yang lebih spesifik seperti “Kursus SEO untuk UMKM Kuliner Tanpa Modal”.
3. CPM (Cost Per Mille / Cost Per 1.000 Impressions): Biaya untuk 1.000 Tayangan

CPM (Cost Per Mille) adalah biaya yang Anda bayarkan untuk setiap 1.000 kali iklan Anda ditampilkan atau dilihat oleh audiens, terlepas dari apakah mereka mengkliknya atau tidak. Metrik ini digunakan untuk mengukur efisiensi biaya dalam membangun kesadaran merek (brand awareness) dan menjangkau audiens luas.
Rumus:

Contoh:
Jika Anda menghabiskan Rp400.000 untuk kampanye iklan dan iklan tersebut ditayangkan sebanyak 80.000 kali, maka:

Artinya, Anda membayar Rp5.000 untuk setiap 1.000 kali iklan Anda muncul di layar pengguna.
Mengapa penting?
CPM sangat penting jika tujuan utama Anda bukan langsung menjual, tapi membangun pengenalan merek, seperti saat meluncurkan produk baru atau ingin dikenal lebih luas. Platform seperti Meta Ads, TikTok, dan Google Display Network menggunakan CPM sebagai model pembayaran dasar untuk kampanye berbasis tayangan. Semakin rendah CPM Anda, semakin banyak orang yang bisa Anda jangkau dengan anggaran yang sama. Namun, perlu diingat, CPM hanya mengukur jangkauan, bukan interaksi. Jadi, tinggi atau rendahnya CPM harus dilihat bersama dengan metrik lain seperti CTR dan engagement.
Angka “Baik” (Benchmark):
Di Indonesia, CPM rata-rata berkisar antara Rp1.500 hingga Rp4.000 untuk UMKM di platform seperti Facebook dan Instagram. Di niche kompetitif (misalnya kecantikan, finansial, atau pendidikan), CPM bisa mencapai Rp6.000–Rp8.000 karena permintaan iklan yang tinggi. Untuk TikTok, CPM cenderung lebih rendah (sering di bawah Rp3.000) karena algoritma yang mendukung konten organik. CPM di atas Rp7.000 umumnya dianggap mahal, dan bisa menjadi tanda bahwa targeting terlalu sempit atau format iklan kurang optimal.
Tips Meningkatkannya:
Untuk menekan CPM, fokus pada meningkatkan kualitas iklan dan relevansi audiens. Berikut adalah tips-tips yang dapat Anda praktekkan.
- Gunakan format iklan yang disukai platform, seperti video pendek (untuk Reels atau TikTok Video), karena membantu mengurangi biaya tayangan sehingga bisa menjadi lebih murah.
- Hindari target audience yang terlalu spesifik (terlalu banyak filter usia, minat, lokasi). Semakin sempit targeting, semakin sedikit orang yang bisa dijangkau, sehingga CPM melonjak.
- Pilih waktu tayang strategis (pagi hari atau malam hari) saat persaingan iklan lebih rendah.
- Terakhir, pastikan iklan Anda memiliki elemen visual yang kuat dan durasi singkat agar cepat diterima oleh algoritma dan audiens.
4. ROAS (Return on Ad Spend): Pengembalian atas Pengeluaran Iklan

ROAS (Return on Ad Spend) adalah rasio antara pendapatan yang dihasilkan dari kampanye iklan dan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankannya. Metrik ini mengukur seberapa menguntungkan kampanye iklan Anda secara langsung, dan menjadi indikator utama apakah uang iklan Anda menghasilkan pertumbuhan bisnis atau justru membakar modal.
Rumus:

Contoh:
Jika Anda menghabiskan Rp600.000 untuk iklan di Meta Ads dan kampanye tersebut menghasilkan penjualan senilai Rp3.600.000, maka:

Artinya, untuk setiap Rp1 yang Anda keluarkan untuk iklan, Anda mendapatkan Rp6 dalam bentuk pendapatan.
Mengapa penting?
ROAS adalah metrik paling jujur dalam digital marketing karena ia langsung menghubungkan pengeluaran dengan hasil finansial. Berbeda dengan CTR atau CPM yang hanya mengukur aktivitas, ROAS menjawab pertanyaan bisnis utama, “Apakah saya untung atau rugi karena iklan ini?” Platform seperti Google Ads dan Meta Ads menyediakan pelacakan konversi untuk menghitung ROAS secara otomatis, sehingga Anda bisa mengambil keputusan berbasis data.
Angka “Baik” (Benchmark):
Di Indonesia, ROAS minimal yang layak untuk UMKM adalah 3 (artinya: Rp3 pendapatan per Rp1 iklan). ROAS 5–10 dianggap sangat sehat, terutama untuk produk dengan margin tinggi seperti kursus digital, software, atau aksesoris premium. Namun, angka ideal tergantung pada struktur biaya produk Anda. Misalnya, jika margin bersih Anda hanya 20%, maka ROAS 4x masih bisa rugi setelah biaya produksi, ongkir, dan pajak. Sebaliknya, jika margin 60%, bahkan ROAS 2x pun bisa menguntungkan. Yang terpenting adalah jangan bandingkan ROAS dengan kompetitor melainkan bandingkan dengan break-even point bisnis Anda sendiri.
Tips Meningkatkannya:
Untuk meningkatkan ROAS, fokus pada tiga hal, yakni produk, konversi, dan targeting.
- Pertama, promosikan produk dengan margin tertinggi, karena ROAS mengukur pendapatan, bukan profit. Produk mahal dengan margin rendah bisa menyesatkan.
- Kedua, optimalkan conversion rate di landing page, seperti tambahkan testimoni, garansi uang kembali, dan CTA yang jelas.
- Ketiga, gunakan retargeting untuk mengikat ulang pengunjung yang sudah pernah klik tapi belum beli, Hal ini akan membantu penjualan karena mereka jauh lebih murah dan mudah dikonversi daripada audiens baru.
- Terakhir, hentikan iklan yang ROAS-nya di bawah 2 selama 3 hari berturut-turut. Kemungkinan besar kampanye tersebut tidak akan membaik tanpa perubahan mendasar.
Dengan memahami ROAS, Anda tidak lagi bertanya: “Apakah iklan saya banyak diklik?”
Tapi mulai bertanya: “Apakah iklan saya benar-benar menghasilkan uang?” dan itulah awal dari digital marketing yang matang.
5. CPL (Cost Per Lead): Biaya untuk Setiap Calon Pelanggan yang Memberikan Data

CPL (Cost Per Lead) adalah biaya yang Anda keluarkan untuk mendapatkan satu prospek atau calon pelanggan yang memberikan informasi kontaknya, seperti email, nomor WhatsApp, atau mengisi formulir pendaftaran. Metrik ini sangat penting bagi bisnis yang membangun hubungan jangka panjang melalui email marketing, konsultasi, atau follow-up langsung, bukan penjualan instan.
Rumus:

Contoh:
Jika Anda menghabiskan Rp900.000 untuk kampanye iklan dan berhasil mengumpulkan 150 orang yang mengisi formulir pendaftaran webinar, maka:

Artinya, Anda menghabiskan Rp6.000 untuk setiap satu lead yang masuk.
Mengapa penting?
CPL membantu Anda menilai efisiensi kampanye dalam menghasilkan prospek berkualitas. Berbeda dengan CTR atau CPC yang hanya mengukur klik, CPL mengukur tindakan nyata dari audiens yang benar-benar tertarik pada penawaran Anda. Bagi bisnis B2B, kursus online, atau layanan profesional, CPL adalah metrik utama karena proses penjualan biasanya tidak langsung, karena untuk menjalankan model bisnis ini membutuhkan edukasi dan trust-building terlebih dahulu. Selain itu, CPL yang rendah menunjukkan bahwa tawaran Anda (misalnya ebook gratis, konsultasi gratis, atau trial) sangat bernilai bagi audiens.
Angka “Baik” (Benchmark):
Di Indonesia, CPL ideal berkisar antara Rp4.000 hingga Rp8.000, tergantung niche dan jenis lead. Untuk UMKM atau komunitas lokal, CPL di bawah Rp6.000 sudah cukup baik. Di bidang pendidikan atau finansial, CPL bisa mencapai Rp10.000–Rp15.000 karena nilai lifetime customer lebih tinggi. Namun, yang lebih penting dari angka absolut adalah konversi lead menjadi pembeli. Jika CPL Anda Rp7.000 tapi 30% lead jadi pelanggan, itu jauh lebih baik daripada CPL Rp3.000 dengan konversi hanya 2%. Jadi, jangan hanya kejar CPL murah tetapi kejar lead berkualitas.
Tips Meningkatkannya:
Untuk menurunkan CPL sekaligus meningkatkan kualitas lead, fokuslah pada relevansi tawaran dan kemudahan proses.
- Pastikan lead magnet Anda (seperti panduan, template, atau webinar) benar-benar menjawab masalah spesifik audiens.
- Gunakan targeting yang tepat misalnya, target pengguna yang pernah kunjungi blog Anda atau ikuti halaman Facebook.
- Hindari formulir yang terlalu panjang, cukup minta nama dan nomor WA/email.
- Gunakan CTA yang jelas, seperti “Dapatkan Panduan Gratis Sekarang”.
- Terakhir, lakukan A/B testing untuk judul, gambar, dan teks iklan karena perubahan kecil bisa turunkan CPL hingga 40%.
Dengan memahami CPL, Anda berhenti hanya menghitung klik dan mulai membangun hubungan yang bisa dikembangkan menjadi pelanggan setia.
Jika Anda ingin memahami lebih mendalam terkait Email Marketing silahkan kunjungi link berikut.
Apa Itu Email Marketing : Jenis, Tools Terbaik, dan Aturan Legal
6. Conversion Rate: Persentase Pengunjung yang Melakukan Tindakan

Conversion Rate adalah persentase pengunjung yang melakukan tindakan yang Anda inginkan setelah mengunjungi halaman tertentu, seperti membeli produk, mengisi formulir, berlangganan newsletter, atau mengirim pesan via WhatsApp. Metrik ini mengukur efektivitas landing page, toko online, atau funnel pemasaran Anda dalam mengubah kunjungan menjadi hasil nyata.
Rumus:

Contoh:
Jika 2.500 orang mengklik iklan Anda dan masuk ke halaman penjualan, lalu 75 di antaranya melakukan pembelian, maka:

Artinya, dari setiap 100 pengunjung, hanya 3 orang yang berhasil Anda konversi menjadi pelanggan.
Mengapa penting?
Conversion Rate adalah indikator utama kesehatan funnel pemasaran Anda. Iklan bisa saja mendatangkan banyak klik (CTR tinggi), tapi jika conversion rate rendah, artinya ada masalah di pengalaman pengguna, harga, kepercayaan, atau desain halaman tujuan. Metrik ini menunjukkan apakah penawaran Anda benar-benar meyakinkan audiens untuk bertindak. Bagi UMKM, e-commerce, atau penyedia layanan, conversion rate yang sehat adalah kunci profitabilitas karena semakin tinggi conversion rate, semakin sedikit uang yang perlu Anda keluarkan untuk mendapatkan pelanggan baru.
Angka “Baik” (Benchmark):
Di Indonesia, conversion rate rata-rata untuk toko online berkisar antara 1–3%, tergantung niche dan platform. Website dengan konten edukatif (blog, kursus) bisa mencapai 4–8% jika penawarannya sangat relevan. Conversion rate di atas 5% sudah termasuk sangat baik, dan biasanya dimiliki oleh brand yang memiliki reputasi kuat, desain profesional, dan proses checkout yang sederhana. Namun, angka ini bisa bervariasi, misalnya produk impulsif (makanan, aksesoris) cenderung punya conversion rate lebih tinggi dibanding produk mahal dengan pertimbangan panjang (kursus premium, jasa konsultasi).
Tips Meningkatkannya:
Untuk meningkatkan conversion rate, fokuslah pada kejelasan, kepercayaan, dan kemudahan tindakan.
- Gunakan gambar produk asli (bukan stok foto), tambahkan testimoni dengan nama dan foto nyata, serta jelaskan manfaat produk secara spesifik (bukan hanya penjelasan fitur).
- Pastikan CTA (Call-to-Action) jelas dan mudah ditemukan, misalnya “Beli Sekarang”, “Daftar Gratis”, atau “Konsultasi Via WA”.
- Hindari distraksi seperti menu navigasi atau pop-up saat pengguna sedang membaca.
- Untuk toko online, optimalkan proses checkout, seperti kurangi jumlah langkah, izinkan checkout tanpa daftar akun, dan tampilkan ongkir sejak awal.
Conversion Rate mengubah persepsi Anda dari “Berapa banyak yang melihat?” menjadi “Berapa banyak yang benar-benar tertarik sampai membeli?” , dan itulah inti dari marketing yang efektif.
7. CPA (Cost Per Acquisition / Cost Per Action): Biaya untuk Setiap Pelanggan yang Benar-Benar Membeli

CPA (Cost Per Acquisition) atau Cost Per Action adalah biaya rata-rata yang Anda keluarkan untuk mendapatkan satu pelanggan yang benar-benar melakukan pembelian atau tindakan bernilai (seperti berlangganan, mendaftar paket premium, atau membeli produk). Berbeda dengan CPL yang mengukur calon pelanggan, CPA mengukur hasil akhir bisnis, yakni pelanggan yang membayar.
Rumus:

Contoh:
Jika Anda menghabiskan Rp1.200.000 untuk kampanye iklan di Meta Ads dan berhasil menjual 24 produk, maka:

Artinya, setiap pelanggan yang Anda dapatkan melalui iklan tersebut, biayanya sebesar Rp50.000.
Mengapa penting?
CPA adalah metrik paling krusial untuk menentukan profitabilitas jangka panjang dari kampanye iklan Anda. Bahkan jika ROAS tinggi, CTR bagus, dan CPL rendah, tetapi CPA Anda lebih besar dari margin bersih produk Anda, maka Anda tetap rugi. Misalnya, jika produk Anda dijual Rp150.000 dengan margin bersihnya hanya Rp40.000. Apabila CPA Anda adalah Rp50.000 maka Anda tetap rugi Rp10.000 per penjualan. CPA menggabungkan semua tahapan funnel — dari iklan → klik → konversi → pembelian, dan memberi jawaban akhir “Apakah ini bisnis yang berkelanjutan?”
Angka “Baik” (Benchmark)
Di Indonesia, angka “baik” untuk CPA tidak bisa ditentukan secara universal karena sangat bergantung pada margin bersih produk. Namun, secara umum:
- Untuk produk dengan margin bersih Rp50.000–Rp100.000, CPA ideal di bawah Rp40.000.
- Untuk produk dengan margin tinggi (Rp150.000+), CPA hingga Rp80.000 masih bisa menguntungkan.
- Jika CPA Anda di atas 70% dari harga jual, itu tanda bahaya — artinya Anda menghabiskan terlalu banyak uang untuk mendapatkan satu pelanggan. Yang penting bukan “CPA rendah”, tapi CPA < margin bersih. Jika CPA Anda Rp50.000 dan margin Anda Rp60.000, Anda untung Rp10.000 per pelanggan — dan itu bisa diperbesar dengan retargeting atau repeat purchase.
Tips Meningkatkannya:
Untuk menurunkan CPA, fokus pada meningkatkan efisiensi di setiap tahap funnel.
- Pertama, tingkatkan conversion rate di landing page, perbaiki desain, tambahkan testimoni, dan perjelas manfaat produk.
- Kedua, gunakan retargeting untuk mengambil kembali pengunjung yang sudah klik tapi belum beli, karena mereka memiliki probabilitas konversi 3–5x lebih tinggi daripada pengunjung baru, sehingga biaya akuisisinya lebih rendah.
- Ketiga, tingkatkan lifetime value (LTV) dengan strategi upsell, cross-sell, atau program loyalitas. Jika satu pelanggan beli 3x, maka CPA Anda sebenarnya terbagi rata, dan profit Anda meningkat.
- Terakhir, hentikan iklan yang CPA-nya lebih tinggi dari margin bersih selama 3 hari berturut-turut. Jangan terus membuang uang demi “jumlah pelanggan”.
CPA bukan tentang berapa banyak pelanggan yang Anda dapatkan tapi berapa banyak keuntungan yang Anda dapatkan dari setiap pelanggan itu. Memahami CPA adalah peralihan dari “beriklan” menjadi berbisnis dengan data.
Jika Anda ingin mempelajari lebih banyak istilah digital marketing, silahkan kunjungi artikel yang diterbitkan oleh itbox pada link berikut.
Perbedaan dan Kapan Menggunakan Masing-Masing Metrik
Setiap metrik punya peran berbeda dalam funnel pemasaran:
| TAHAP FUNNEL | METRIK UTAMA | FUNGSI |
|---|---|---|
| Awareness | CPM | Mengetahui seberapa luas iklan Anda dilihat |
| Interest | CTR | Mengetahui apakah iklan Anda menarik perhatian |
| Consideration | CPC & CPL | Mengetahui biaya untuk mengundang orang ke halaman Anda |
| Decision | Conversion Rate | Mengetahui seberapa efektif halaman Anda mengubah pengunjung |
| Purchase | ROAS & CPA | Mengetahui apakah semua usaha ini menghasilkan profit |
Kapan fokus ke mana?
- Di awal kampanye → fokus pada CTR dan CPM (apakah iklan menarik?)
- Saat sudah ada traffic → fokus pada Conversion Rate dan CPL (apakah landing page bagus?)
- Saat ingin tahu untung/rugi → fokus pada ROAS dan CPA (apakah ini layak diteruskan?)
Jangan pernah mengukur semua metrik sekaligus. Pilih 1–2 metrik utama sesuai tujuan kampanye.
Jika Anda ingin mempelajari Jenis-Jenis Digital Marketing, silahkan kunjungi link berikut.
Apa Itu Digital Marketing : Cara Memulai, Jenis, Dan Jenjang Karir
Kesimpulan: Pahami Mana Yang Paling Penting Untuk Bisnis Anda
Digital marketing bukan tentang “berapa banyak iklan yang Anda beli”, tapi tentang berapa banyak nilai yang Anda hasilkan dari setiap rupiah yang Anda keluarkan.
Jika Anda berjualan produk dengan margin tipis, CPA dan ROAS adalah kunci utama.
Jika Anda ingin membangun daftar email, CPL dan Conversion Rate yang paling penting.
Jika Anda baru mulai, CTR dan CPC adalah indikator awal apakah iklan Anda bisa menarik perhatian.
Pahami metrik ini bukan untuk dihafal tapi untuk mengubah cara Anda berpikir.
Dari “Saya habis Rp1 juta, dapet 100 klik” → menjadi “Saya habis Rp1 juta, dapat 10 pembeli, ROAS 5x, dan profit Rp150.000.”
Anda tidak perlu menjadi ahli analitik, Anda hanya perlu tahu apa yang harus diukur.



