Pentingnya Internal Linking dalam Blog: Strategi SEO yang Sering Diabaikan
Internal linking adalah praktik menghubungkan satu halaman di website Anda ke halaman lain dalam domain yang sama.

Banyak blogger fokus pada backlink eksternal atau riset kata kunci—tapi mengabaikan senjata SEO yang sepenuhnya berada di bawah kendali mereka: internal linking.
Internal linking adalah praktik menghubungkan satu halaman di website Anda ke halaman lain dalam domain yang sama. Meski terdengar sederhana, strategi ini memiliki dampak besar terhadap SEO, pengalaman pengguna, dan pertumbuhan traffic jangka panjang.
Artikel ini akan menjelaskan mengapa internal linking penting, bagaimana cara melakukannya dengan benar, dan kesalahan umum yang harus dihindari—sehingga setiap konten baru yang Anda terbitkan tidak hanya berdiri sendiri, tapi memperkuat seluruh ekosistem blog Anda.
- Pentingnya Internal Linking dalam Blog: Strategi SEO yang Sering Diabaikan
- 1. Apa Itu Internal Linking?
- 2. Manfaat Internal Linking untuk SEO
- 3. Manfaat Internal Linking untuk Pengalaman Pengguna
- 4. Cara Melakukan Internal Linking yang Efektif
- 5. Kesalahan Umum dalam Internal Linking
- 6. Tools untuk Mengelola Internal Linking
- Kesimpulan
- Baca Artikel Lainnya
- Frequently Asked Questions
1. Apa Itu Internal Linking?
Internal linking adalah tautan dari satu konten ke konten lain di website yang sama. Contohnya:
“Pelajari lebih lanjut tentang riset kata kunci untuk pemula .”
Tautan ini bisa berupa:
- Navigasi utama (menu di header),
- Link dalam konten (contextual links),
- Link terkait di akhir artikel,
- Atau breadcrumb (jejak navigasi).
Berbeda dengan backlink eksternal, internal link 100% bisa Anda kendalikan—dan inilah kekuatannya.
2. Manfaat Internal Linking untuk SEO
Google menggunakan internal link untuk:
- Merayapi (crawl) dan mengindeks halaman baru lebih cepat,
- Memahami struktur situs dan hubungan antar topik,
- Mendistribusikan “authority” (kekuatan SEO) dari halaman populer ke halaman baru.
Semakin banyak halaman berkualitas yang saling terhubung, semakin kuat arsitektur informasi situs Anda di mata Google. Hasilnya? Peringkat yang lebih baik dan traffic yang lebih merata—bukan hanya mengandalkan satu artikel viral.
3. Manfaat Internal Linking untuk Pengalaman Pengguna
Internal linking bukan hanya untuk mesin pencari—tapi juga untuk manusia.
Dengan menautkan ke konten terkait, Anda:
- Membantu pembaca menemukan informasi tambahan tanpa kembali ke Google,
- Meningkatkan waktu tinggal (time on site),
- Mengurangi bounce rate,
- Dan membangun otoritas topik (misalnya: jika Anda sering menulis tentang SEO, Google mengenali Anda sebagai ahli di bidang itu).
Pengalaman yang mulus = kepercayaan yang meningkat = peluang konversi lebih tinggi.
4. Cara Melakukan Internal Linking yang Efektif
Ikuti prinsip berikut untuk hasil maksimal:
a. Gunakan anchor text deskriptif
Hindari “klik di sini”. Ganti dengan frasa yang menjelaskan tujuan tautan:
✅ “Cara membuat buyer persona untuk blog afiliasi”
❌ “Baca selengkapnya di sini”
b. Tautkan ke konten relevan dan berkualitas
Jangan asal taut. Pastikan halaman tujuan benar-benar melengkapi atau memperdalam topik yang sedang dibahas.
c. Prioritaskan konten evergreen
Tautkan ke artikel yang tetap relevan bertahun-tahun—bukan konten musiman yang cepat kedaluwarsa.
d. Batasi jumlah tautan per artikel
3–6 internal link per artikel sudah cukup. Terlalu banyak justru membingungkan pembaca dan “mengencerkan” otoritas.
e. Perbarui konten lama
Saat menerbitkan artikel baru, kembali ke konten lama dan tambahkan tautan ke artikel terbaru—ini membangkitkan kembali traffic ke konten yang tidur.
5. Kesalahan Umum dalam Internal Linking
- Menggunakan anchor text generik seperti “di sini” atau “baca selanjutnya”—melewatkan peluang SEO.
- Tidak menautkan ke konten baru—sehingga artikel baru sulit ditemukan oleh Google.
- Membuat link mati (broken links)—pastikan semua tautan mengarah ke halaman aktif.
- Mengabaikan hierarki topik—misalnya, menautkan artikel “SEO untuk pemula” ke “teknik backlink tingkat lanjut” tanpa konteks.
Internal linking yang buruk bisa merusak UX dan SEO—jadi lakukan dengan strategi, bukan sekadar kebiasaan.
6. Tools untuk Mengelola Internal Linking
- Google Search Console: lihat halaman mana yang paling banyak menerima klik internal.
- Ahrefs / Screaming Frog: analisis struktur internal link seluruh situs (versi gratis Screaming Frog tersedia).
- Plugin WordPress seperti Link Whisper atau Internal Link Juicer: merekomendasikan tautan berdasarkan konten yang sedang Anda tulis.
Dengan tools ini, Anda bisa mengelola internal linking secara sistematis—bukan tebak-tebakan.
Kesimpulan
Internal linking adalah strategi SEO yang murah, mudah, dan sangat efektif—namun sering diabaikan oleh blogger pemula. Dengan menghubungkan konten secara cerdas, Anda tidak hanya membantu Google memahami struktur situs, tapi juga memandu pembaca melalui perjalanan yang bermakna.
Setiap tautan internal adalah jembatan: antara topik lama dan baru, antara informasi dasar dan lanjutan, antara traffic dan konversi. Di Marketing Expertist, kami percaya bahwa blog yang kuat bukan kumpulan artikel terpisah—tapi jaringan konten yang saling memperkuat, dan internal linking adalah benang yang menyatukannya.
Baca Artikel Lainnya
Cara Riset Kata Kunci untuk Pemula
Perbedaan SEO On-Page dan Off-Page
Struktur Artikel Blog yang Ramah SEO



